Jumat, 22 Februari 2019

Menjadi Hamba Tuhan atau Hamba Syetan

Makin dekat zaman ahir, dunia tampaknya telah menawarkan seribu pesona bahkan beribu juta pedona, sebelum Dajjal memberikan tawaran di enjurytime. Tawaran-tawaran yang ada seringkali memiliki perbedaan sangat tipis yang secara umum memberikan kesenangan instan, yang serba cepat "jalmo lipat sprapat tamat", layaknya pertunjukkan sulap.

Banyak dari hamba Tuhan mulai bimbang, untuk menjadi hambaNya atau Hamba Nafsu dan hamba kekuasaan. Indikatornya mudah, bila apa yang dilakukan hamba untuk mencari keridhoan Tuhan, ia bisa disebut sebagai hamba Tuhan. Namun jika apa yang dilakukannya untuk kepentingan selain Tuhan (pribadi, keluarga, kelompok, golongan, komunitas yang bersifat su'ubiyah bukan ridhatillah), maka dapat disebut sebagai hamba nafsu. Tapi semua bisa tergantung? Jika kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, golongan, komunitas sebagai upaya mencari Ridha Allah, jadilah ia disebut hambaNya, walau setipis kertas tissu, sekecil biji zahrah.

Tapi jika hanya sebagai kesombongan pribadi, keluarga, golongan, kelompok, komunitas, maka dapatlah disebut hamba nafsu. Penyakit ahir zaman ini pada kurun ahir, melanda setiap orang di semua level dan tingkatan.

Para tukang becak menyombongkan diri dengan keberaniannya dengan sembunyi dibalik kekurangan ekonominya, para guru menyombongkan ilmunya sembunyi dibalik sederetan nilai yang bersifat administratif, petugas keamanan menyombongkan kekuatannya bersembunyi dibalik senjatanya. Dan para ulama pun menyombongkan kebalikannya bersembunyi dibalik jubah dan sederetan doa-doa, dan terkadang sayapun menyombongkan diri dan sembunyi dibalik ketidakpercayaan atas kejamnya kekuasaan yang semu.

Kopipagiujungsempit, 4219

Tidak ada komentar:

Posting Komentar