Sabtu, 23 Februari 2019

Mengetuk Pintu Langit

AllahTuhan umat Islam, seluruh umat manusia, dan Seluruh alam menjanjikan jika sekiranya penduduk "Al qoryat", suatu kampung, desa, kota, negeri, bangsa beriman (yakin, percaya pada eksistensiNya, kekuasaanNya, malaikatNya, kitabNya, RasulNya, hari pembalasanNya, qadha qadarnNya dari kebaikan dan keburukan) dan bertaqwa "imtistalil awamir waj tinaabin nawahih", menjalankan perintahNya (berbuat baik, adil, jujur, amanah, rendah hati, lapang dada) dan menjauhi laaranganNya (berbuat keburukan, dholim, bohong, kiyanat, sombong, pendendam), maka Tuhan akan membukakan pintu langit dan bumi, dan dari keduanya keluar berkah (kebaikan, sesuatu yang berharga dan bernilai, menyelamatkan, membahagiakan jasad, menenangkan hati dan perasaan, memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung, bertahan lama, memenuhi kepentingan jangka panjang dan masa depan).

Bagi yang menyakini itu semua, tentu janji Tuhan itu bukanlah sesuatu yang hoax melainkan kenyataan (filosofis, empiris, matematis, metafisis). Bagi golongan ini akan senantiasa "khusnudhan", berbaik sangka pada manusia dan Tuhan. Ia senantiasa melangkah tanpa ragu. Baginya kehidupannya adalah bagian dari usaha yang menyatu pada iradahNya. Ia tak pernah ragu apalagi takut dan gentar terhadap apa yang didepannya, apalagi yang dibelakangnya. Baginya hidup bukanlah hari ini, melainkan rangkaian dari masa lalu, Masa kini, dan masa mendatang.

Falsafah inilah yang menjadikannya ia berjalan optimis menatap masa depan, dirinya, keluarganya, umatnya, bangsanya, dan negerinya yang berjalan maju menuju perubahan yang lebih baik, bukan stagnant, apalagi mundur.

Dan hanya mereka yang berlarilah yang akan membangun sebuah peradaban, karena perubahan bukanlah sekedar ditunggu melainkan harus digerakkan, diupayakan secara maksimal dengan kekuatan doa. Tidak setengah-setengah, apalagi sedikit.

Cafeomaheletdasurajimalamhari, 230219

Jumat, 22 Februari 2019

Jangan Bohong

Ada cerita masa kecil saya saat menunggu datangnya shalat iysa' selepas ngaji "turutan" (sebutan Ngaji dengan sistem Bagdadi). Agak susah memang, harus diawali dengan menghafal huruf hijaiyah, baru mengeja. Namun sekalipun begitu hafalan rata-rata sudah sampai surat Ad dhuha. Itupun setelah merasakan jiwiran kyai. Namun itulah sebuah usaha yang harus dilalui setahap demi setahap. Itupun sebuah kebanggaan ketika tamat juz Amma mbahku tidak lupa menyembelih ayam untuk syukuran di "langgar" (disebut Mushola sekarang).

Kang Asrowik, kang Maun, kang In,  kang ihtiyak, silih berganti membagi waktunya tanpa dijadwal untuk bercerita, agar santri tidak pulang sebelum shalat isya' tiba. Itulah kebiasaan yang tiap hari kulakukan.

Prihal larangan bohong, kang wik mengkisahkan bahwa di desa tepi hutan hidup seorang mbok Rondo dengan seorang anak laki-lakinya yang memiliki kebiasaan bohong. Suatu hari Juki berteriak-teriak prihal dirinya mau diterkam harimau. Sontak orang sekampung dengan membawa peralatan apa adanya berlari menuju suara Juki. Namun sesampai ditempat ternyata tak terjadi apa-apa pada Juki.

Suatu hari lagi saat Juki bermain di tepi hutan, tiba-tiba seekor Harimau besar datang akan menyergapnya. Iapun berteriak harimau .... Harimau .... Harimau. Namun tak seorangpun datang menolongnya Juki telah menjadi mangsa harimau, atas kebohongannya.

Kang Wik menyimpulkan. Jangan terbiasa berbohong karena suatu hari kejujuranmu tak kan ada artinya. Alhasil bohong disamping merugikan diri sendiri, juga dapat melunturkan kepercayaan yang lain. Lalu Kang Wik menyitir Sabda Kanjeng Nabi Muhammad: sesungguhnya pembohong akan dicatat oleh Gusti Allah sebagai orang yang selalu berbohong. Bohong itu jalan kejelekan. Kejelekan itu jalan ke neraka.

Adzan isya'pun tiba, aku dan santri lain segera bergegas menuju "padasan" tempat mengambil air wudhu untuk bersama-sama mengikuti sholat jamaah isya', setelah "pujian' (syair yang dilakukan secara bersama) beberapa saat sambil menunggu Ma'mum lainnya.

Jika bisa jujur, mengapa harus bohong.
Hipcafemalam, 220219

Sandal Jepit

Sandal jepit adalah gambaran masyarakat kecil paling bawah yang terlalu tertindas oleh kaki penguasa, tak ada keperdayaan. Adanya adalah sekumpulan umpatan "dancuk, picek, jomblo, tai asu" dan lainnya. Mengapa ini dilakukan? Karena mereka telah mengalami titik kulminasi, "jegeg" karena tak ada lagi tempat bertaut.

Bagi para "sandal jepetisme" saya melihatnya ada tiga kelompok besar: tak punya harapan, sedikit harapan, dan berharap sedikit. Bagi mereka yang tak lagi punya harapan ia lebih memilih mengahiri hidupnya dengan berpangku tangan, bermunajat pada Tuhan Sang Penguasa Mutlak. Bagi yang sedikit harapan, ia bekerja apa saja sekenanya untuk memperpanjang hidup hingga jatah hidupnya berakhir. Sementara bagi yang berharap sedikit,   ia menggunakan akal waras yang untuk keluar dari satu lorong sempit ke lorong yang lebih luas melalui perubahan kekuasaan yang kedepan minimal memberikan kesempatan hidup dan berkreasi untuk anak cucunya. Baginya hari ini adalah awal saya menanam untuk dapat dipanen anak cucu dikemudian hari.

Sandal jepitisme adalah kelompok kaum ploletar yang diberi harapan oleh Soekarno idolaku. Mahatma Ghandi di India. Nelson Mandela di Afrika Selatan.

Kopipagiujungsempit, 200219

Jakarta 1998

Sehari berselang setelah kembali dari Jakarta, terdengar kabar peristiwa Semanggi. Namun itu tak menyurutkan langkahku meneriakkan "REFORMASI" di Bojonegoro. Bersama puluhan ribu masa, mahasiswa menjadi penggerak reformasi. Teriakan anti KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) menjadi tema dan tujuan sentral. Tak ada rasa yang takut sedikitpun, walau berhadapan dengan kekuasaan yang begitu kuat dan masif. Satu persatu saya melihat, mulai kepala desa/lurah, camat, bupati/walikota, gubernur diadili Masa.

Siapa yang respon saat itu? Siapa yang bersama mahasiswa? Jawabnya adalah TNI.... Ya TNI. Ingat betul saat DANDIM, beliau Bapak Joko Santoso (agak lupa namanya) memantapkan mahasiswa. Jangan berhenti mas Yazid, jika ada sesuatu bilang saya.

Reformasi, sebuah harapan besar adanya perubahan seluruh tatanan negeri yang lebih memberikan arti dan harapan masyarakat. Cita-cita besar menuju kejayaan bangsa sejajar dengan bangsa maju lainnya.

Tahun 1999 pemilu digelar. Seperti sebuah eforia. Kran politik yang dulu mampat, lepas tanpa kendali. 48 partai politik berdiri. Satu persatu kawan memasuki dunia politik, dan berhasil menjadi wakil rakyat, minimal pengurus partai. Dan satu persatu tampaknya mulai lupa akan tujuan awal reformasi. Para penumpang gelabpun satu persatu menjadi nahkoda negeri.

Reformasi tergelincir ke jurang dan mati. Korupsi yang semula hanya dilakukan satu-dua orang, berubah menjadi wabah, virus dan menulsr, hingga jumlahnya menjadi banyak tak terukur. Pimpinan negeri berganti, dan korupsi semakin tinggi dan semakin menggila, melesat , memenuhi ruang-ruang kosong tak tersisa. Kolusi menjadi makanan lezat. Nepotisme terstruktur rapi.

REFORMASI telah gagal. Korupsi Kolusi dan Nepotisme hanya sebuah simbol dan jargon, bahkan menjadi realitas terbalik. Kalau kepengin korupsi jangan setengah-setengah. Banyaklah! Dan kalau bisa sekalian besar. Agar dapat membeli hukum dan keadilan. Bahkan dikurun  terakhir muncul rumus, korupsilah! Yang penting bagi-bagi.

Emangnya negeri ini peninggalan mbahmu!

Kopimalamgapura, 1902119

Ilmu Laduni?

Belakangan negeri "Geni Mawo" dihebohkan oleh calon raja di negeri itu yang tiba-tiba pintar. Tiba-tiba tahu segalanya. Tiba-tiba dapat melakukan apa saja diluar kemampuan sebelumnya. Peristiwa ini mengingatkanku saat nyantri dulu, dimana kyaiku bilang ada seseorang yang tiba-tiba diberi kelebihan oleh Tuhan. Beliau menyebut "ilmu Laduni".

Dalam perspektif keilmuan, secara umum ada dua pembagian prihal ilmu Laduni ini, yaitu wahbiy dan  kasby. Wahbiy adalah ilmu Laduni yang diperoleh tanpa tahapan belajar, sedangkan kasbiy melalui usaha belajar. Kedua jenis ini diberikan Tuhan kepada manusia kekasihNya, seperti yang dibenarkan oleh Malaikat sebagaimana disebut dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah 32: Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari pada yang telah Engkau ajarkan.

Khusus Laduni kasby, seseorang mampu mendapatkan ya setelah melalui usaha belajar "laku" dalam perspektif tasawuf, setelah orang mampu melewati tangga syari'at, thoriqoh, ma'rifat dan hakekat. Orang ini dapat dilihat dari "laku-lakon" yang terkadang tidak normal dalam pandangan manusia secara umum. Laku-lakon yang tidak sekedar shodiq, Hasan, melainkan Sholih.

Sementara Laduni wahbiy hanya dapat diketahui dari mereka yang memilki maqam yang sama.

Mungkin karena saya tidak menempati maqam itu, jadi saya tak mampu melihat mengapa calon raja "Geni mawa" itu tiba-tiba pintar. Hingga tiba-tiba saya jadi bodoh dan penuh keheranan melihat kejadian itu. Maka saya berasumsi calon raja saya seperti TUHAN yang tidak bisa disalahkan dan disalah-salahkan.

Kopipagiujungsempit, 190219

Orang Baik dan Orang Cerdas

Baik lebih pada sesuatu yang bersifat relatif, nisbi, subyektif, tergantung dari siapa yang memandang dan dari kacamata cara memandang. Baik bagi sebagian orang belum tentu baik bagi orang lain. Baik dalam kaca mata pandang tertentu, belum tentu baik dalam kaca mata pandang yang lain. Bagi sosialis, orang yang dianggab baik adalah mereka yang mampu membina hubungan  kemasyarakatan dimana ia berada yang terkadang lepas dari kacamata formal yuridis yang bersifat memaksa. Baik dalam kaca mata atheisme  adalah mereka yang dianggap baik apabila dapat berbuat secara merdeka, bebas berprilaku, berbuat dan lepas dari nilai-nilai keTuhanan. Baik dalam kacamata Kapitalis adalah mereka yang mampu memberikan, memandang sesuatu secara materi, kendati ia melakukan monopoli yang tak mengakui kepemilikan yang lain. Baik dalam perspektif kekuasaan ialah mereka yang mampu menguasai tanpa memberi kekuasaan bagi yang lain. Karena baginya kekuasaan haruslah dikuasai sepenuhnya. Baik dalam kaca mata LGBT adalah ketika kebebasan sek dan perzinaan dapat dilakukan semuanya tanpa batas.

Kesimpulannya baik, bersifat relatif, nisbi, dan sobyektifitas pemiliknya.

Dan bagaimana dengan kecerdasan? Cerdas memiliki makna jelas. Karena cerdas memiliki indikator yang secara ilmiah "akal waras" yang diakui secara akademis.Jadi cerdas memiliki makna dan definisi jelas-terukur. Dalam perspektif para ahli, belakangan terdapat istilah "multiple intelegenci", kecerdasan kompleks-menyeluruh. Linguistik, mathematics, natural, spasial, internal, eksternal, spiritual. Maka orang cerdas tentulah ia pintar, memiliki kemampuan berfikir ilmiah, nalar jelas, naluri hidup, kreatif, inovatif, mengakui kekuasaan Tuhan, menerima hak kepemilikan dan pemenuhan hak yang lain, mencintai lingkungan dan hidup sesama.

Maka jika boleh bertanya, 17 April 2019 nanti, pilih orang baik apa orang cerdas?

Cerdas lah memilih, kebaikan akan didapat untuk masa depan bangsa lebih baik!

Kopipagiujungsempit, 150219

Negeri para Maksiat

Kupu-kupu siang itu pukul 10.00 WIU dengan wajah penuh harap menhadiri sidang Mahkamah Konstitusi prihal LGBT. Sidang yang menentukan prihal dilegalkannya UU perzinaan atau tidaknya. Dengan berbagai alasan kemanusiaan, budaya, bahkan nilai-nilai historis akan hancurnya sebuah bangsa, jika hal itu dilegalkan. Dan sentuhan hatipun digunakan untuk meyakinkan para hakim konstitusi, dengan mengingatkan masa depan moral anak, cucu, dan cicit mereka dikemudian hari, juga dampak penyakit yang ditimbulkan dari perzinaan bebas itu.

Namun rupanya rencana penghancuran bangsa melalui hancurnya moral sebuah negeri "Geni mowo" begitu masif. Hakim tak sedikitpun menerima alasan,  sepertinya hatinya telah digadaikan untuk sebuah rencana besar.

Masyarakat "Geni mowo" hanya mampu mengelus dada sambil menengadah akan keadilan sang murbeng dumadi, penguasa atas semua kejadian dimuka bumi bersama tangisan kupu-kupu yang dibatalkan gugatannya.

Dalam do'anya kupu-kupu meminta semoga para penjaja maksiat, pelindung para maksiat, penguasa maksiat dihancurkan Tuhan. Dan diaminkan oleh masyarakat 'geni mawa"

Hipcafe, 120219

Kepongahanmu Raja Hutan

Ini hutan saya, kamu telah memilihku menjadi penguasa di hutan ini. Begitu  gertak singa saat kelinci, tupai, rusa, kera dan sekawanan penghuni hutan memprotes tindakannya yang seenaknya mencaci, menendang, hingga memenjarakan para pengkritik kebijakannya. Rupanya penghuni hutan baru sadar bahwa ia salah pilih pada kontes demokrasi di negeri "Geni mawa" empat tahun silam. Penghuni hutan merasa telah diadu antar sesamanya.

Tak ada cara lain untuk menggulingkan tirani selain harus bersatu menggalang kekuatan dari bawah. Dengan penuh keyakinan gagak mulai terbang dari satu komunitas ke komunitas lain, meyakinkan penghuni hutan dengan berbagai alasan yang rasional. Tentang   datangnya penghuni hutan lain yang jumlahnya  makin banyak, mengolah sumber daya alam, mengeksploitasinya demi kepentingan gold and glory, seperti yang pernah diceritakan kakek buyutnya sebagai penghantar tidur, yang rupanya telah menancap di alam pikiran gagak.

Satu demi satu, keyakinan pun menjelma menjadi energi untuk menggulingkan kekuasaan sang singa. Penghuni hutan pun bersiap untuk lahirnya pemimpin "Geni mawa" yang kedepan diharapkan lebih memperdulikan  kesejahteraan seluruh rakyat Geni mawa dari pada beberapa gelintir penghuni hutan.

Sekawanan katak mendendangkan lagu merdu 'tong tong blung" yang dalam arti lain: clorong glinding pentung, clorong glinding pentung, clorong glinding pentung. Bersautan menunggu detik-detik kemenangan.

Kopipagiujungsempit, 130219

Sendang Lonte

Konon Sendang ini dipercayai sebagai tempat "pesugihan'', memperkaya diri dalam waktu relatif singkat. Persyaratan cukup dengan membawa pasangan suami istri, lalu keduanya sama-sama mencari pelampiasan nafsu syahwatnya pada pasangan lain.

Tentu saya berfikir seandainya Sendang ini menawarkan dapat menggelembungkan suara dalam waktu singkat, tentu belakangan terakhir tak usah susah-susah untuk merekayasa lembaga penyelenggara pilihan dan pengawasnya sekalian.

Bagi yang sudah pernah jadi, tentu untuk merekayasa cukuplah mudah, karena apa saja dapat dilakukan, mulai dari penggalangan para abdi dalem, begel, Adipati, Senopati, hingga demit. Tapi bagi  pemula tentu dibutuhkan tenaga all-out dan dana yang besar.

Karena sams-sama sebagai pelampiasan sahwat, Sendang lonte agaknya bisa sebagai alternatif. Pertanyaannya kemudian tentu, adakah perbedaan Sendang lonte dengan out put Iven yang hari ini sedang riuh dibicarakan tanpa jeda.

Kopipagiujungsempit, 120219

Belajar Nasionalisme dari Soekarno

Nasionalisme dalam perspektif Soekarno adalah nasionalisme yang anti penindasan dan anti penjajahan. Dengan sendirinya, nasionalisme yang berkembang  juga  merupakan nasionalisme yang ber-kemanusiaan. Ini sangat berbeda dengan nasionalisme yang lahir di Eropa yang terkait erat dengan kepentingan kaum merkantilis-pedagang Eropa untuk mencari bahan baku di luar Eropa  bagi kepentingan ekonomi mereka. Semboyan Gold, Gospel dan Glory mencerminkan nafsu kolonial tersebut. Dalam pengertian lain, nasionalisme Eropa merupakan alat kaum merkantilis Eropa untuk memobilisasi dukungan gereja dan  rakyat bagi terlaksananya ekspansi kolonial ke luar benua Eropa.

Nasionalisme Siekarno merupakan nasionalisme yang berpihak pada kepentingan rakyat, bukan pada kepentingan borjuis atau pedagang seperti halnya nasionalisme Eropa. Karenanya, sosio-nasionalisme haruslah beriringan dengan pemberlakuan sistem ekonomi-politik yang memberi  ruang bagi rakyat kebanyakan (Marhaen) untuk mengontrol sumber-sumber ekonomi strategis yang akan dipergunakan bagi kemakmuran rakyat.

Sistem semacam itu, yang oleh Soekarno disebut sebagai Sosio-Demokrasi, tidak boleh dipisahkan dari  sosio-nasionalisme sebagai faham kebangsaan Indonesia. Kedua konsep inilah (ditambah dengan faham Ketuhanan) yang kemudian diramu oleh Soekarno menjadi Marhaenisme.

Dan, lagi-lagi,  hal ini sangat bertentangan dengan nasionalisme Eropa yang memang lekat dengan kepentingan kaum merkantilis dan borjuis yang ingin melakukan kolonisasi ke luar Eopa serta secara perlahan menghancurkan tatanan feodal di Eropa.

Belajar dari nasionalisme Soekarno, secara historis tentu suatu yang tak blok barat (Eropa) atau blok timur (hari ini diwakili Cina). Hari ini mata rakyat Indonesia dihadapkan pada ekonomi dengan dominasi Cina yang sangat berbahaya bagi eksistensi sebuah negeri merdeka. Dalam perspektif lain ketergantungan sebuah bangsa terhadap bangsa tertentu merupakan indikator lemahnya ketahanan bangsa terhadap nasionalisme.

Tentu pikiran berimbang dan prilaku berimbang dalam menyikapi persoalan bangsa dalam semua elemen bangsa sangat dibutuhkan, guna menghindari keperpihakan dan oplosan yang hanya berdasar pada sobyektifitas "kesukuan-su'ubiyah' yang dapat menggerus nasionalisme marhaen, nasionalisme yang berujung pada kepentingan rakyat dan bukan pada Borjuis. Justice for people, but justice for capital

Kopipagiujungsempit, 090219

Menjadi Hamba Tuhan atau Hamba Syetan

Makin dekat zaman ahir, dunia tampaknya telah menawarkan seribu pesona bahkan beribu juta pedona, sebelum Dajjal memberikan tawaran di enjurytime. Tawaran-tawaran yang ada seringkali memiliki perbedaan sangat tipis yang secara umum memberikan kesenangan instan, yang serba cepat "jalmo lipat sprapat tamat", layaknya pertunjukkan sulap.

Banyak dari hamba Tuhan mulai bimbang, untuk menjadi hambaNya atau Hamba Nafsu dan hamba kekuasaan. Indikatornya mudah, bila apa yang dilakukan hamba untuk mencari keridhoan Tuhan, ia bisa disebut sebagai hamba Tuhan. Namun jika apa yang dilakukannya untuk kepentingan selain Tuhan (pribadi, keluarga, kelompok, golongan, komunitas yang bersifat su'ubiyah bukan ridhatillah), maka dapat disebut sebagai hamba nafsu. Tapi semua bisa tergantung? Jika kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, golongan, komunitas sebagai upaya mencari Ridha Allah, jadilah ia disebut hambaNya, walau setipis kertas tissu, sekecil biji zahrah.

Tapi jika hanya sebagai kesombongan pribadi, keluarga, golongan, kelompok, komunitas, maka dapatlah disebut hamba nafsu. Penyakit ahir zaman ini pada kurun ahir, melanda setiap orang di semua level dan tingkatan.

Para tukang becak menyombongkan diri dengan keberaniannya dengan sembunyi dibalik kekurangan ekonominya, para guru menyombongkan ilmunya sembunyi dibalik sederetan nilai yang bersifat administratif, petugas keamanan menyombongkan kekuatannya bersembunyi dibalik senjatanya. Dan para ulama pun menyombongkan kebalikannya bersembunyi dibalik jubah dan sederetan doa-doa, dan terkadang sayapun menyombongkan diri dan sembunyi dibalik ketidakpercayaan atas kejamnya kekuasaan yang semu.

Kopipagiujungsempit, 4219