Kamis, 01 Desember 2022

Literasi Ruh Peradaban

Upaya Kemenag Tuban untuk menunjukkan eksistensinya tak henti-hentinya dilakukan. Mulai dari terbitnya buletin AMI (Anugerah Madrasah Inovasi),:Jambore Literasi Madrasah yang disebut dengan "Jamlima" dua bulan silam, disusul pula yang merupakan rangkaian dari upaya mewujudkan Madrasah Inovasi di lingkungan Kemenag Tuban, diadakan Visitasi sebagai bagian penting untuk melihat secara langsung terhadap daftar isian yang telah dikirim oleh lembaga mulai dari RA, MI, MTs, dan MA serta upload data terhadap indikator AMI pada ke-3 bidang; Literasi, Interpreneur, dan smart. 

Hari ini, Kamis (1/11/2022) merupakan kesempatan terahir visitasi AMI bidang literasi Tim 1 yang beranggotakan H. Qomaruddin, S. Ag, MA, M. Yazid Mar'i, S.Ag, M. Pd. I, dan Rohmat Sholihin, S. Pd dari 8 tim yang ada melakukan visitasi di MTsN 1 Tuban. 

Acara yang dimulai tepat pukul 08.00 di Aula MTsN 1 Tuban itu diawali dengan sambutan oleh Ali Maghfur, S. Ag, M. Pd. I selaku Kepala Madrasah. Menurutnya pilihan bidang literasi di lembaganya tidak lain sebagai tantangan agar kedepan harapan dan cita-cita menjadikan Madrasah nya sebagai "Madrasah Literasi", madrasah yang guru, siswa, dan seluruh civitas akademi memiliki kemauan hingga memiliki karakter mencintai ilmu pengetahuan, melalui membaca, memahami, dan menghasilkan karya tulis yang mampu menginspirasi positif pada hidup dan kehidupan sepanjang zaman. 

Menyambung penyampaian Kepala Madrasah, Qomarudin mewakili tim menyampaikan, bahwa kegiatan visitasi AMI bidang literasi ini untuk mencocokkan data isian dan data yang telah diupload dengan kondisi riil di lapangan. Ini penting agar obyektivitasnya dapat mendekati kebenaran. 

Setelah kurang lebih 3 jam melakukan visitasi, ketiga anggota tim masing-masing menyampaikan tanggabannya sebagai evaluasi awal. 

Qomaruddin menyampaikan RPP sebagai perencanaan guru dalam pembelajaran  keseluruhannya harus mencerminkan kegiatan literasi, diseluruh mata pelajaran, termasuk penilaian pembelajaran dan tindak lanjutnya. 

Evaluasi berikutnya, M. Yazid Mar'i menyampaikan beberapa catatan, diantaranya perlunya tindak lanjut terhadap MOU yang telah dilakukan MTsN 1 dalam bentuk kegiatan yang dapat menggugah seluruh komponen Madrasah; siswa, guru, tenaga kependidikan, serta orang tua siswa, semacam diklat jurnalistik, pelatihan siswa, guru menulis. Mengapa agar dapat terwujud karya nyata satu siswa satu buku, satu guru satu buku, atau minimal guru memiliki satu buku sepanjang menjadi guru, ya hitung-hitung sebagai amal jariyah, seperti ulama terdahulu dengan ribuan karya, kitab yang hingga saat ini menjadi referensi umat dalam memaknai hidup dan menciptakan peradaban yang adiluhung. Selain itu perlu suporting anggaran dari Madrasah, yang didahului dengan penyusunan RKM yang berpihak pada program literasi Madrasah minimal 10% dari anggaran yang dimiliki, tambahnya. 

Sementara Rohmat Sholihin menambahkan tentang perlunya apresiasi terhadap karya guru dan siswa. Juga perlunya penambahan koleksi buku non pelajaran, sehingga mampu meningkatkan kemauan seluruh civitas akademi untuk mendatangi Perpustakaan dan mencintai hasil karya anak bangsa. Ini sangat penting, sehingga MTsN 1 Tuban kedepan dapat dijadikan rujukan, khususnya terkait dengan literasi, yang tidak hanya lokal Tuban, juga regional Jawa Timur. 

Catatan visitasi terahir AMI di MTsN 1 Tuban, setelah berturut-turur dari MA Islamiyah Senori, MI Islamiyah Banat Senori, RA  Tarbiyatul Islam Soko,  MTs Salafiyah Prambontetgayang, dan MA Salafiyah As Syafi'yah Jatirogo. 

Kamis, 17 November 2022

Muktamar yang Mencerahkan

Tema Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke 48 yang digelar di Solo, keduanya memiliki harapan besar tentang cerahnya semesta dan cerahnya bangsa Indonesia. Tepatnya "Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta" Untuk  tema Muhammadiyah, dan "Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Peradaban Bangsa" untuk tema Aisyiyah. 

Istilah mencerahkan ini mengingatkan kita saat Nabi Muhammad SAW memberikan nama kota Yastrib, kota tujuan hijrah kaum Muhajirin, setelah 10 tahun berselang dengan nama "Madinah Al Munawarah". Al-Madînah secara umum diartikan sebagai kota, tetapi sebetulnya al-Madînah itu mengandung makna peradaban, karena dalam bahasa Arab, peradaban itu adalah madanîyah atau tamaddun.

Dalam bahasa Arab, kata " Madinah" juga sepadan perkataan Inggris civil. Misalnya, dalam bahasa Inggris ada istilah Civil Act (Undang-Undang Sipil), dalam bahasa Arabnya disebut Al Qânûn Al Madanî.

Dalam Ensiklopedia Nurcholish Madjid dijelaskan kata Madanîyah atau Madînah juga menjadi padanan dari perkataan Yunani polish, yang dari perkataan itu terambil perkataan politic, policy, police, dan sebagainya, yaitu ide tentang suatu kehidupan yang teratur.

Dalam bahasa Yunani, misalnya, ada ungkapan zoon politicon, bahwa manusia itu secara alami berpolitik. Dalam bahasa Arab disebut al-insân-u madanî-yun bi ‘l-thâb‘i (manusia itu berpolitik menurut nalurinya) bahwa tidak mungkin manusia tidak berpolitik dalam arti seluas-luasnya, bukan dalam arti sempit.

Perkataan madînah itu berkaitan dengan ide-ide semacam civility, civic, dan kemudian juga ide tentang politik. Kalau Nabi mengubah kota Yatsrib menjadi Madinah yang sering dipanjangkan menjadi Madînatun Nabî, maka itu artinya kota Nabi atau al-Madinah al-Nabawîyah, Kota Kenabian. Juga bisa diartikan dengan "Kota yang penuh peradaban".

Mengapa peradapan, beradab menjadi ikon? Keduanya adalah bisa disebut sebagai hakekat penciptaan manusia sebagai mahluk berperadaban, mahluk yang cendrung kepada sesuatu yang baik, damai, dan cinta kasih. Sebagaimana disebut oleh Al Qur'an dengan " Hanif"
(QS. Ar Rumah 30), yang artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".

Tentu bisa dimaknai bahwa tema mencerahkan "Al munawwarah" adalah keinginan besar Muhammadiyah sebagai bagian dari bangsa yang lahir dan hidup berkembang di Indonesia memiliki keharusan moral untuk menjaga dan merawat Indonesia tetap "Al Madinah" Penuh peradaban. Dan peradaban yang diinginkan oleh Muhammadiyah adalah perdaban yang "Al Munawarah', yang mencerahkan, dan tidak hanya bagi Indonesia, melainkan bagi dunia. Mengapa? Karena dalam era digitalisasi tentu negara tidak bisa menutup diri melainkan menjadi bagian dari dunia " Global".

Maka apa yang dilakukan Muhammadiyah dengan mendirikan Perguruan Tinggi di Korea Selatan dan Australia, serta berdiri dan berkembangnya Cabang istimewa di luar negeri; Mesir, RRC, Korea Selatan, Jepang, Australia,  Iran, Sudan, Belanda, Jerman, inggris, Libiya, Perancis, Kuala Lumpur, Pakistan, dan Amerika, adalah realitas yang tak terbantahkan betapa Muhammadiyah berharap kehidupan dunia ini cerah dan mencerahkan. Dan mengapa konsentrasinya kepada pendidikan? Karenanya Muhammadiyah yakin hanya dengan pendidikan dapat merubah "min side", dan dari perubahan min side inilah, seseoran, sekelompok orang, bangsa, bahkan dunia dapat berubah " Pada sesuatu yang mencerahkan".

M. Yazid Mar'i : Ketua Majlis Pendidikan Kader PDM Bojonegoro Pereode 2015-2021

Kamis, 19 Mei 2022

Berfitri di Hari Raya Fitri

Momen hari pertama masuk pasca hari raya (9/5/2022), bagi MI Salafiyah Prambobtergayang Kecamatan Soko Kabupaten Tuban menjadi hari yang sangat penting untuk melatih anak didik membiasakan diri menyadari kesalahannya melalui kegiatan saling  bermaafan antar teman dan juga kepada bapak/ ibu guru yang kurun waktu setahun telah bersama dalam satu atap madeasah tercinta. 

Sebelum kegiatan saling bermaafan, Muhlisin mewakili kepala madrasah menyampaikan, setelah satu bulan berpuasa dengan iman dan semata mengharap ridha Allah SWT, insya Allah dosa-dosa kita yang dikarenakan kealpaan kita dan kekurangan kita dalam taat kepadaNya telah diampuni oleh Allah SWT. Maka tentu dosa sesama anak Adam (manusia) akan terampuni manakala kita saling berlapang dada untuk meminta dan memberikan maaf dengan tulus dan kedaran hati yang paling dalam. 

Ia menambahkan, mewakili seluruh dewan guru menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh anak didik terhadap kesalahan yang disengaja maupun yang tidak, s kaligus meminta anak didik menyampaikan permohonan maaf seluruh dewan guru dan staf educati kepada bapak/ ibu wali murid,  "Apakah anak-anak berkenan memaafkan dan menyampaikan kepada orang tuanya? " yang kemudian dijawab "ya pak" secara seretak oleh seluruh anak didik atas pertanyaannya. 

Setelah itu disusul dengan kegiatan saling bermaafan dengan dibarengi gema sholawat Nabi, menambah suasana pagi itu cerah dan mencerahkan. 

Sebagai penutup kegiatan, lantunan do'a oleh Asmu'in sekaligus mengahiri kegiatan pagi itu (Zid) 

Senin, 18 April 2022

Teologi Al Insyirah

Ahad (17/4/2022) bertempat di Aula At Taqwa Bojonegoro, Kajian Ramadha 1443 H digelar oleh PDM Bojonegoro. 

Acara yang dihari oleh seluruh pimpinan daerah beserta majlis, Pimpinan AUM  daerah, Pimpinan Cabang dan Ranting se Bojonegoro, kurang lebih 500 orang diikuti dengan hikmat oleh seluruh peserta hingga kegiatan berahir. 

Mengawali kegiatan, DR. Samsul Huda Mudir Pondok moder Al Amin Muhammadiyah menyampaikan kajian iftitah. Beliau menyampaikan harapan warga persyarikatan hanya berharap pada cahaya yang sesungguhnya. Menukil pennyatan Ibnul qoiyyum al jauzay, cahaya sesungguhnya adalah "an-nur" Allah, kitab, Rasul, agama, dan tempat terahir. 
Juga penyataan Ibnu Abbas, tetang kebaikan "hasanat" akan menhadirkan cahaya diwajah dan di hati kita. Ada cahaya kepalsuan dan keabadian. Juga penyataan Imam syafi'i perihak ilmu sebagai cahaya "al ilmu nurun".

Pada kesempatan yang sama Drs. Abdul Haris selalu ketua panitia penyelenggara Tobroni, Ms. Iyang juga satu dari pimpinan tiga belas, menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai momentum awal gerak persyarikatan, setelah hampir dua tahun berjibaku membantu pemerintah Bergerak membantu masyarakat, terutama terdampak pandemi covid dengan pembagian sembako, dan melakukan berbagai pencegahan terhadap covid melalu penyemprotan disinvectan dan sosialisasi akan pentingnya melakukan pencegahan yang bekerjasama dengan lazizmuh. 

Tidak ketinggalan, Drs. H. Suwito, M. Si selalu ketua PDM Bojonegoro, dalam sambutannya tetap berharap warga persyarikatan tetap optimis dalam menggerakan persyarikatan melalui berbagai formulssi da'wah yang inheren dengan perkembangan zaman, sebagaimana identitas muhammadiyah sebagai "harakah islamiyah washatiyah" Islam berkemajuan. 

Kegiatan kajian ramadhan semakin lengkap dengan hadirnya Prof. Dr. Tobroni, M. Si, Majlis Dikti PP Muhammadiyah yang memberikan pencerahan kepada peserta yang hadir dengan "Teologi insyirah".

Menurutnya perlunya teologi baru dalam kehidupan bermasyarakat berbangda dan bernegara, khususnya bagi warga persyarikatan. 
Pembahasan teologi yang selama ini lebih diarahkan pada pembahasan tentang dzat Tuhan, yang melahirkan aliran ilmu kalam; jabariyah, qadariyah, asy ariyah, saatnya sekarang  perlu diarahkan pada manusianya sebagai implementasi iman yang memberikan spirit dan energi bagi kehidupan. 

Teologi "al insyirah" hakekatnya adalah implementasi isi kandungan surat al insyirah dalam kehidupan kemanusiaan, atau yang biasa disebut "tajally" Teologi pengharapan,  yaitu kepercayaan akan janji Allah terhadap kehidupan yang lebih baik. Juga tentang janji Allah untuk berbuat untuk masa depan lebih baik, dari pada hanya berfikir masa lampau dan atau bangga terhadap kejayaan masa lampau atau sebaliknya terkungkung dengan kehidupan masa lampau. Serta kepercayaan bahwa Allah Bersama kita, ada di depan kita dan yang akan menjadikan semuanya baru dan sangat indah, Kesulitan adalah tahapan untuk mencapai kemudahan dan kejayaan, demikian halya Kemudahan dan kejayaan adalah focus bukan kesulitanya. 

Ia menambahkan bahwa Allah adalah "mitra kerja" yang kemudian melahirkan tanggapan beragam dari peserta yang membuat suasana dialog kian kondusif. 

Menurutnya juga, bagi persyarikatan  "Teologi insyirah" telah diimplementasikan mulai dari saat berdirinya hingga masa sekarang, yang membuat muhammadiyah tetap eksis menghadapi berbagai kesulitan yang ada,  hingga muhammadiyah mendapatkan peninggian sebutan (derajad): prestasi, reputasi, dan citra. Namun tak membuatnya "jumawa". 
Acara berahir saat adzan dhuhur dikumandangkan, meski masih banyak peserta yang ingin mendapat pencerahan (M.Yazid Mar'i)

Rabu, 30 Maret 2022

Mimpi Yang Terbeli

Kamis (31/3/2022) bertempat di Gedung DPRD Kabupaten Tuban Jl. Teuku Umar No. 1A Tuban, Launching Anugrah Madrasah Inovasi (AMI) digelar. 

Umi Kalsum selaku Kasi Pendidikan Madrasah (Pendma), menyampaikan program AMI ini diilhami dari program Gerakan Ayo Membangun Madrasah (Geram) yang telah di launching Kanwil Kemenag Jatim Tahun 2019 silam. 

Ia menambahkan, Potensi Kemenag Tuban dengan 614 Madrasah, 5.107 guru dan 38.000 anak didik merupakan aset yang luar biasa yang harus dikembangkan,  sehingga kedepan Madrasah akan menjadi lembaga yang dapat menjawab keinginan umat dan masyarakat Tuban, juga bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan "mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial". Dengan upaya ini Madrasah Hebat bermartabat, mandiri berprestasi tidak sekedar mimpi namun akan menjadi kenyataan, atau dapat disebut dengan aktulusasi keinginan, Cita-cita dan harapan "Mimpi yang Terbeli".

Ikut hadir dan memberikan motivasi, Miyadi Ketua DPRD Kabupaten Tuban. Menggarap Madrasah jangan kalah dengan yang lain. Karenanya perlu peningkatan mutu dan kualitas lembaga, pendidik, sistem dan management. Menurutnya dengan kemajuan madrasah, tentu memiliki nilai plus dibanding lembaga lain, terutama sisi karakter keagamaan. 

Sementara Munir, selaku kepala Kantor Kemenag Kabupaten Tuban. Mengawali sambutannya dengan menukil Himne Madrasah "Madrasah harapan bangsa, melalui citra pendidikan". Menurutnya program AMI dengan tiga katagori "Literasi, Intepreneur, smart) hakekatnya adalah lahirnya madrasah unggul.

Ia menambahkan, digitalisasi madrasah sesuatu yang kedepan tidak bisa dihindari. Digitalisasi merupakan teknologi informasi yang dikenal dengan  sebutan era 4.0 atau 5.0. Era ini menuntut madrasah untuk mampu berinovasi,  berkreasi seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman

AMI, Misi Mulia untuk Memajukan Madrasah


Kamis (31/3/2022) bakal digelar Lounching Anugerah Madrasah Inovasi (AMI) di gedung DPR Tuban. Kegiatan yang diilhami dari program Geram Kanwil Kemenag Jatim itu berawal dari sebuah obrolan ringan beberapa guru bersama Ning Umi Kalsum begitu saya menyebut Kasi Pendma,  muda dengan segudang ide dan cita-cita. 

Bukan sekedar mimpi. Potensi Tuban dengan 614 Madrasah yang tersebar di 20 kecamatan dengan beragam kelebihan masing-masing termasuk "local wisdom" nya adalah realitas yang diperlukan tangan-tangan terampil untuk memahatnya sebagai monumen-monumen pendidikan yang memiliki daya tarik pembelajar. 

Penting memang, dan harus segera dimulai. Karena perkembangan zaman menuntut kita tak sekedar jalan, tapi berlari menuju gerak zaman yang sama nanti ada berubah dan kompetitif, sekaligus menuntut Madrasah untuk mampu berkompetisi dengan lembaga pendidikan yang lain semacam sekolah. Disisi lain media informasi dan komunikasi yang kian merambah hingga pelosok disisi lain memiliki sisi positif, namun juga tak jarang membawa efek negatif terutama ditandai dengan menurutnya moral bangsa "moral anak didik".

Karenanya hari ini Madrasah  harus melakukan revitalisasi kembali sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sejumlah pengetahuan, keterampilan, tanpa harus meninggalkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa dalam bingkai Pancasila  sebagai perwujudan berkembangnya sikap anak didik. 

AMI (Anugrah Madrasah Inovasi) yang digagas kali ini adalah selain ajang inovasi dan kreativitas Madrasah, tentu yang paling utama adalah melakukan standarisasi Madrasah sekaligus mengidentigikasi dan menemukan ciri khas madrasah kedalam 3 katagori; smart, literasi dan interpreneur. 

Tentu ketiga katagori ini memiliki sejumlah indikator yang harus dimiliki madrasah untuk mampu dikatagorikan pada tiga katagori tersebut. 

Maka melibatkan semua komponen yang ada; kemenag, pengawas, KKM, KKG, Kepala madrasah, guru, komite adalah keharusan logis, agar semuanya kedepan merasa memiliki madrasah dan hasil ahirnya mampu mengangkat eksistensi Madrasah di tengah-tengah masyarakat sebagai lembaga pilihan utama, tidak lagi dikatagorikan sebagai scan, midle, apalagi terbelakang. 

Tentu ikhtiar ini tidak lain untuk mengembalikan kembali eksistensi madrasah sebagai mana tujuan awal berdirinya; melahirkan umat yang cerdas, kreativ, inovatif dan berkaramter positif. 
Selamat lounching AMI, Kamis, 31 Maret 2022.

*) M. Yazid Mat'i : Guru MI Salafiyah Soko Tuban

Kamis, 24 Maret 2022

The Spirit of Mars Madrasah

Kata “madrasah” terambil dari akar kata “darasa-yadrusu-darsan - belajar”. Kata madrasah sebagai isim makan, menunjuk arti “tempat belajar”. Sinonin madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah. Dalam bahasa Arab di atas, madrasah menunjuk pengertian “tempat belajar” secara umum, tidak menunjuk suatu tempat tertentu, dan bisa dilaksanakan di mana saja, rumah, mushola/ langgar, masjid atau tempat lain sesuai situasi dan kondisi. Tempat-tempat tersebut dalam sejarah lembaga-lembaga pendidikan Islam memegang peranan sebagai tempat transformasi ilmu bagi umat Islam. 

Berangkat dari pengertian ini, secara historis dapat disebut bahwa madrasah adalah tempat mata rantai dan penerus risalah kenabian, mulai dari sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in hingga sampai kepada kita yang hidup hari ini dan saat dunia berahir nanti. 

Eksistensi Madrasah di Indonesia secara kelembagaan dalam catatan sejarah ada sejak tahun 1909 bernama "Madrasah Abadiyah" di Padang Sumatera Barat Oleh Syekh Abdullah Ahmad. Disusul Madrasah Shcoel yang didirikan pada 1910 di Kota Batu Sangkar, Sumatera Barat oleh Syekh M. Talib Umar. Lalu pada 1912, KH. Ahmad Dahlan pensiri Muhammadiyah mendirikan Madrasah dengan memadukan keilmuan agama dan umum. 

Kemudian secara berturut-turut, tahun 1913 ada Madrasah Al Irsyad di Jakarta, didirikan oleh Syeikh Ahmad Sokarti. Kemudian pada 1915 muncul Diniyah Schoel di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, didirikan oleh Zainuddin Labai el Janusi. Berikutnya pada 1926, salah satu organisasi Islam terbesar Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya oleh K.H. Hasyim Asyari, K.H. Wahab Hasbullah dan setelah itu mulai banyak pendirian madrasah. 

Sejarah madrasah di indonesia ini inheren dengan bunyi Mars Madrasah "Gema Madrasah Membahana, di persada bumi Nusantara". Maka tidaklah mengherankan jika hari ini Madrasah tumbuh subur mengisi ruang-ruang public kehidupan masyarakatnya, termasuk di Kabupaten Tuban yang dalam catatan kementerian Agama telah mencapai angka 614 (RA, MI, MTs, MA), belum lagi Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren yang tersebar di 20 kecamatan, 17 kelurahan, dan 311 desa. 

"Pengemban amanat, Mencerdaskan tunas bangsa, Santun berwibawa. RA MI MTs MA, Bahu membahu turut berjuang, Membangun bangsa, Bermartabat mulia, Demi cita-cita.".

Bunyi bait Mars Madrasah ini mengingatkan kita semua (kemenag, guru, ustadz, Kyai dan seluruh civitas akademi) adalah para pengembangan amanat Tuhan, Nabi, para penerusnya, orang tua, juga negara dalam mencerdaskan kehidupan umat dan kehidupan bangsa. 

Berkaitan dengan kecerdasan apa yang harus dikembangkan oleh pendidik "mudarris", Howard Gardner, dalam bukunya "Frames of Mind", seorang pakar pendidikan dan psikologi kebangsaan Amerika (1983) menyebut dengan "multiple intelegencia", kecerdasan majemuk (linguistik, emosional, intrapersonal, musikal, antarpersonal dan naturalis). Atau dalam perspektif Benyamin S Blom meliputi tiga tanah (kognitif, psikomotorik, dan afektif), yang dalam perspektif Ki Hajar Dewantara (niteni/ pengetahuan, nirokke/ keterampila, nambahi/ sikap). 

Konsepsi ini menjadi sumber kekuatan baru bagi pendidik untuk lebih luas dalam berkreativitas dan berinovasi di dunia pendidikan. Selain itu, setiap pendidik harus belajar meyakini bahwa dibalik keterbatasan siswa juga terdapat kelebihan yang belum tereksplor dengan baik. 

"Motto ihlas beramal, berkarya dan bermoral, ayo-ayo tegakkan. Falsafah Pancasila, Bhineka Tunggal ika, semboyan Bangsa Indonesia".

" Ihlas beramal", mengingatkan kita semua, bahwa apapun strategi, metode, model, media pembelajaran yang kita gunakan, tidaklah berarti apa-apa tanpa dilakukan dengan keihlasan. Imam Ghozali menyebutnya dengan "hati". Makna lain hati yang kotor tak akan mampu memberikan sinar. 
Bermoral juga faktor penting yang harus dimiliki oleh guru. Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan " Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Keteladanan guru melalui karakter positif adalah kunci penanam nilai bagi anak didik, baik dalam perspektif agama maupun Pancasila sebagai falsafah bangsa sebagai warisan luhur para "founding fathers" kita. 

Jika hari ini kita bisa berkarya, mengapa harus menunggu esok hari. Bukankah waktu tak kan pernah kembali, meski sedetik?? 

Penulis: Guru MI Salafiyah Prambontetgayang Soko

Senin, 14 Maret 2022

Sembilan Kali Enam

"Baitii jannati". Rumahku surgaku, demikian Nabi Agung Muhammad SAW menyebut dalam Sabdanya. "Assalamu'alaikum', begitu Arhan mengucap salam sambil mengecup kening istrinya setiap kali hendak berangkat ke kantor. Tentu kebiasaan ini baginya selain sebagai bukti cinta dan kasih sayang juga sebagai pengingat baginya saat di kantor untuk tetap berjalan pada tujuan dan esensi dari sebuah pekerjaan, sebagai amanah negara sekaligus amanah Tuhan yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Mengetahui segalanya, dan Maha penentu atas jalan hidup dan kehidupan setiap mahluk di dunia termasuk manusia. 

Sangat penting baginya. Istrinya dan ketiga anaknya adalah sebagai amanah dan tanggungjawabnya, dan tentu tidak sekedar pada kehidupan didunia melainkan juga kehidupan di akhirat kelak. Dengan makna lain apa yang dilakukannya semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhannya. 

"Waalaikumussalam Warahmatullahi wabarakatuh,  istrinya menjawab salamnya sambil mengulurkan tangan, dengan penuh harapan suaminya selamat dalam perjalanan. 

Dua puluh menit perjalanan, Arhan telah sampai di kantor tempat kerjanya "Kantor Dinas Perumahan, kawasan pemukiman dan Cipta Karya" di sebuah kabupaten dengan APBD tertinggi nomor 3 se Indonesia. Rupanya BPH migas itulah yang membuat kabupaten ini menjadi kabupaten kaya dengan APBD mendekati 10 Triliun. 

Posisinya sebagai Kepala Bidang Pertamanan, penerangan jalan umum, dan pemeliharaan sarana prasarana keciptakaryaan, membuat Arhan harus selektif dalam melakukan perencanan dan realisasi sejumlah proyek yang ada, meski pelaksanaan telah dilakukan melalui lelang terbuka dengan aplikasi berbasis digital. Namun beberapa proyek dengan nilai di bawah 200 juta, yang melalui proses penunjukan menjadi tantangan sendiri baginya,  dengan banyaknya jumlah rekanan "kontraktor" yang ada. 

Waktu yang mendekati 10 tahun ia bekerja di kantor itu, baginya telah hafal betul rekanan yang betul-betul serius bekerja dan rekanan yang hanya sekedar mendapatkan proyek. Untuk jenis kedua inilah yang cendrung membuat penawaran rendah dengan harapan lolos dan dengan sejumlah janji "gratifikasi" yang membuat hati terkadang berbolak-balik "menerima atau menolak dengan konsekuensi".

Bagi Arhan ia telah memantapkan diri "gratifikasi" berapapun jumlah dan bentuknya adalah perbuatan yang melawan hukum negara. Tetapi yang lebih memantapkan dirinya adalah ketika bayangan istri dan ketiga anaknya dan nilai-nilai agama yang diterimanya sejak dibangku Bustanul Athfal (TK/RA) didesanya. Juga ucapan Kyai sepuh yang diterimanya saat mengaji dulu "Le, opo sing dipangan, bakal tumus marang sing mangan" (Apa yang dimakan sangat berpengaruh terhadap karakter yang memakan). Jika ini ditinjau dari fisiologi, bahwa dalam sistem pencernaan makanan, menjelaskan setelah makanan dicerna oleh organ pencernaan, mulut, ketongkongan, lambung, usus halus, usus besar, maka sebelum sisanya  berahir melalui anus, sari-sarinya diedarkan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Artinya jika unsur makanan baik secara dzat dan scara sebab (cara perolehannya), maka sesuatu yang baik itu akan berpengaruh terhadap diri manusia. Juga dalam perspektif agama, bahwa sesuatu makanan yang haram akan sangat berpotensi buruk bagi diri manusia, atau dalam bahasa lain menimbulkan barokah atau sebaliknya. 

Contoh "barokah" adalah segalanya memberikan kebaikan, rasa aman,  kedamaian, dan jauh dari segala bentuk musibah. 

Malam ini Arhan terpaksa  harus pulang terlambat. Pekerjaan kantor di penghujung tahun membuatnya harus bekerja lebih keras dan cerdas jika tidak ingin mengalami keterlambatan, yang dipengaruhi oleh perubahan APBD yang telah tiga tahun ini langganan diiketuk/ ditetapkan terlambat. Sementara jam dinding telah menunjukkan angka 11.30 WIB. Baginya kerja adalah amanah negara, dan kelurga adalah amanah Tuhan. Disitulah ia tetap harus pulang. 

Sepuluh menit lebih lambat perjalanan pulang kali ini, akibat hujan yang hampir seharian mengguyur kotanya. "Assalamu'alaikum", Arhan mengucap salam sebelum masuk rumah. Sesaat kemudian istrinya membukakan pintu sambil menjawab salamnya dengan senyum khasnya. Setelah cuci tangan, kaki dan berwudhu, ia sempatkan mengecup kening istrinya dan anak bungsunya yang telah tidur pulas. 

Pagi hari sebelum sarapan pagi merupakan kesempatan yang baik untuk berkomunikasi dengan keluarga. Perihal apa saja, tentang pengalaman putrinya saat di sekolah, juga anak keduanya yang tengah belajar di Sekolah Menengah Atas, juga tentang aktivitas istrinya yang tentu sangat melelahkan. Keakraban terjalin begitu hangat dirumah sederhana ukuran 9x6 itu. Arhan pun berharap pada Tuhan dan berdoa semoga rumahnya tetap laksana surga yang memancarkan kebaikan, kedamaian dan keselamatan " Baitii Jannatii", rumahku surgaku. The end (M.Yazid Mar'i)