Senin, 14 Maret 2022

Sembilan Kali Enam

"Baitii jannati". Rumahku surgaku, demikian Nabi Agung Muhammad SAW menyebut dalam Sabdanya. "Assalamu'alaikum', begitu Arhan mengucap salam sambil mengecup kening istrinya setiap kali hendak berangkat ke kantor. Tentu kebiasaan ini baginya selain sebagai bukti cinta dan kasih sayang juga sebagai pengingat baginya saat di kantor untuk tetap berjalan pada tujuan dan esensi dari sebuah pekerjaan, sebagai amanah negara sekaligus amanah Tuhan yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Mengetahui segalanya, dan Maha penentu atas jalan hidup dan kehidupan setiap mahluk di dunia termasuk manusia. 

Sangat penting baginya. Istrinya dan ketiga anaknya adalah sebagai amanah dan tanggungjawabnya, dan tentu tidak sekedar pada kehidupan didunia melainkan juga kehidupan di akhirat kelak. Dengan makna lain apa yang dilakukannya semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhannya. 

"Waalaikumussalam Warahmatullahi wabarakatuh,  istrinya menjawab salamnya sambil mengulurkan tangan, dengan penuh harapan suaminya selamat dalam perjalanan. 

Dua puluh menit perjalanan, Arhan telah sampai di kantor tempat kerjanya "Kantor Dinas Perumahan, kawasan pemukiman dan Cipta Karya" di sebuah kabupaten dengan APBD tertinggi nomor 3 se Indonesia. Rupanya BPH migas itulah yang membuat kabupaten ini menjadi kabupaten kaya dengan APBD mendekati 10 Triliun. 

Posisinya sebagai Kepala Bidang Pertamanan, penerangan jalan umum, dan pemeliharaan sarana prasarana keciptakaryaan, membuat Arhan harus selektif dalam melakukan perencanan dan realisasi sejumlah proyek yang ada, meski pelaksanaan telah dilakukan melalui lelang terbuka dengan aplikasi berbasis digital. Namun beberapa proyek dengan nilai di bawah 200 juta, yang melalui proses penunjukan menjadi tantangan sendiri baginya,  dengan banyaknya jumlah rekanan "kontraktor" yang ada. 

Waktu yang mendekati 10 tahun ia bekerja di kantor itu, baginya telah hafal betul rekanan yang betul-betul serius bekerja dan rekanan yang hanya sekedar mendapatkan proyek. Untuk jenis kedua inilah yang cendrung membuat penawaran rendah dengan harapan lolos dan dengan sejumlah janji "gratifikasi" yang membuat hati terkadang berbolak-balik "menerima atau menolak dengan konsekuensi".

Bagi Arhan ia telah memantapkan diri "gratifikasi" berapapun jumlah dan bentuknya adalah perbuatan yang melawan hukum negara. Tetapi yang lebih memantapkan dirinya adalah ketika bayangan istri dan ketiga anaknya dan nilai-nilai agama yang diterimanya sejak dibangku Bustanul Athfal (TK/RA) didesanya. Juga ucapan Kyai sepuh yang diterimanya saat mengaji dulu "Le, opo sing dipangan, bakal tumus marang sing mangan" (Apa yang dimakan sangat berpengaruh terhadap karakter yang memakan). Jika ini ditinjau dari fisiologi, bahwa dalam sistem pencernaan makanan, menjelaskan setelah makanan dicerna oleh organ pencernaan, mulut, ketongkongan, lambung, usus halus, usus besar, maka sebelum sisanya  berahir melalui anus, sari-sarinya diedarkan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Artinya jika unsur makanan baik secara dzat dan scara sebab (cara perolehannya), maka sesuatu yang baik itu akan berpengaruh terhadap diri manusia. Juga dalam perspektif agama, bahwa sesuatu makanan yang haram akan sangat berpotensi buruk bagi diri manusia, atau dalam bahasa lain menimbulkan barokah atau sebaliknya. 

Contoh "barokah" adalah segalanya memberikan kebaikan, rasa aman,  kedamaian, dan jauh dari segala bentuk musibah. 

Malam ini Arhan terpaksa  harus pulang terlambat. Pekerjaan kantor di penghujung tahun membuatnya harus bekerja lebih keras dan cerdas jika tidak ingin mengalami keterlambatan, yang dipengaruhi oleh perubahan APBD yang telah tiga tahun ini langganan diiketuk/ ditetapkan terlambat. Sementara jam dinding telah menunjukkan angka 11.30 WIB. Baginya kerja adalah amanah negara, dan kelurga adalah amanah Tuhan. Disitulah ia tetap harus pulang. 

Sepuluh menit lebih lambat perjalanan pulang kali ini, akibat hujan yang hampir seharian mengguyur kotanya. "Assalamu'alaikum", Arhan mengucap salam sebelum masuk rumah. Sesaat kemudian istrinya membukakan pintu sambil menjawab salamnya dengan senyum khasnya. Setelah cuci tangan, kaki dan berwudhu, ia sempatkan mengecup kening istrinya dan anak bungsunya yang telah tidur pulas. 

Pagi hari sebelum sarapan pagi merupakan kesempatan yang baik untuk berkomunikasi dengan keluarga. Perihal apa saja, tentang pengalaman putrinya saat di sekolah, juga anak keduanya yang tengah belajar di Sekolah Menengah Atas, juga tentang aktivitas istrinya yang tentu sangat melelahkan. Keakraban terjalin begitu hangat dirumah sederhana ukuran 9x6 itu. Arhan pun berharap pada Tuhan dan berdoa semoga rumahnya tetap laksana surga yang memancarkan kebaikan, kedamaian dan keselamatan " Baitii Jannatii", rumahku surgaku. The end (M.Yazid Mar'i) 

1 komentar:

  1. Biodata peserta lomba blog di https://forms.gle/fWaDUahZRpyd2bPL9

    BalasHapus